Go Team…Go…Go…Go…!

Diminta membuat 20 bento lunch box untuk tim baseball anak oleh Mbak Tata, salah satu teman facebook-ku (hehehe jadi inget iklan salah satu provider yang lagi sering tayang di televisi…”teman facebook“…”like this yo!” 🙂 )…wuiihh seruu rasanya, apalagi desainnya “terserah deh mbak…pokoknya kalau bisa berbau-bau baseball” hehehhe…works for me!

Berbau-bau base ball? apa yaa…bola…? stick…? glove…? hmm…apaa yaa yang mudah, tapi ‘kena’. Aha…got it! Akhirnya aku putuskan untuk membuat nasi berbentuk bola baseball…haha! 🙂

Menunya simpel…Nasi putih, mie goreng,  sayuran dan kacang edamame rebus, tamagoyaki isi buncis, sosis, serta dua butir telur puyuh berbentuk lebah dan kepik. Nggak banyak cerita menyayat hati dalam pembuatan bento yang satu in…Tapi nggak berarti nggak menarik. Selama prosesnya, aku kok jadi ikut deg deg an…aduh nanti gimana pertandingannya ya…seru nggak ya…menang nggak ya…wkwkwkwk empati sekaleeeiii. 🙂

Mungkin karena jumlahnya yang nggak terlalu banyak, jadi aku juga ngerjainnya santai…santaaaiii sekali…sangat menikmati proses pembuatannya, terutama lebah dan kepiknya yang lucu dan ng’gemesin. kalau ada satu hal yang bikin aku kurang puas cuma masalah warna tamagoyaki yang kurang menggigit dan buncis di dalamnya yang jadi terlalu matang, karena proses menggoreng.

Terlambat satu jam dari waktu yang disebutkan, Mbak Tata datang untuk membawa bento-bento itu pergi hiks… 😦 suka sentimentil gini deh kalo waktunya serah-terima bento…Syukur alhamdulillah semua senang…dan mudah mudahan timnya juga menang…so…Kiku Bento? Like this yo! hehehehehe 🙂

Booottt…Boootttiiiii…!!

Menyiapkan snack untuk bekal anak, yang paling mudah adalaaaah..yak benarrr….roti!! Mudah memang, tinggal oles-oles…tabur-tabur…set…set…setttt…jadi deh! tapi, berdasarkan pengalamanku bekal roti (hampir setiap hari hihihi) waktu di TK…dan kini menyiapkan roti untuk anakku, rasanya bosaaaaaannn…melihat isi kotak bekal dengan pemandangan yang itu-itu juga…kalo nggak dipotong empat jadi bujur sangkar, menyilang diagonal jadi empat bentuk segitiga sama sisi…atau paling pol dipotong memanjang…fyuuhh…benar-benar variasi yang nggak ada pengaruhnya hahaha 🙂

Setelah jalan-jalan di dunia maya, aiihh…akhirnya kutemukan juga cara menyiasati kebosanan ini.  Sisi baik perkembangan teknologi, kemajuan peradaban,  adalah menjadikan jaringan internet sebagai jendela dunia…tinggal klik…seantero dunia muncul di depan kita! mwuah…mwuah…mwuaahh…I love you internet! 🙂

Di salahsatu situs (ouwwhh…lupa situsnya :() aku nemuin  cara membuat roti isi  menjadi bentuk beruang dan kelinci yang lucu. Caranya relatif mudah, bahkan mungkin sangat mudah untuk mereka yang memiliki kelenturan jari-jemari, kreatif dan artistik. untuk membuat beruang, ambil satu keping roti tawar,  sayat ke empat sudut roti secara diagonal, sekitar 3 cm lalu olesi bagian tengahnya dengan selai, atau madu, atau olesan mentega yang ditaburi mesis…whatever you like lah pokoknya. Gunakan sedikit imajinasi ya…Pertemukan semua ujungnya hingga permukaan yang dioles selai dan sebangsanya itu tertutup, hingga kepingan roti tadi kini sudah beubah bentuk menjadi sebuah bulatan kecil. Balikkan…buat dua turihan untuk menyelipkan dua keping cereal coklat, yang akan menjadi telinganya.  Naah kalau sudah bertelinga, tinggal ditambahkan mata hidung dan mulutnya…tergantung bahan-bahan apa yang ada di rumah. kalau saya, kebetulan lagi punya bubble jelly , jadi hidungnya pake bubble jelly tadi, untuk mata saya gunakan potongan nori.

Cara membuat kelinci hampir sama dengan membua beruang, tapi jangan semua sudutnya dilipat, sisakan satu sudut untuk dijadikan telinga.  Gampang kaaaan? Coba deh, kalau gagal jangan putus asa…nggak bakalan kebuang kook, tinggal dikuwel-kuwel aja trus masukin ke mulut hap! hehehe. 🙂

Empat keping roti yang disulap menjadi kelinci-kelinci lucu berisi selai :)

Little blue face and lady bugs

Sabtu siang, paaaaas mau pergi…lagi nyari hp yang entah tergeletak di mana, tiba-tiba terdengar bunyinya.  Ahhh…kebetulan!!! setengah berlari si-cikal menyerahkan hp ke tanganku. Sekilas kulirik nomornya tak dikenal…fyuuhh siapa ya…? jangan-jangan dari salah seorang telemarketer. Tapi ya sudahlah jawab saja.

Begitu kuangkat, terdengar serbuan suara bernada ramah dari seseorang di seberang sana “Halo Jeng…blah blah blah…” Sang empunya suara ini memang belum secara resmi aku kenal, meski kami sudah berteman di facebook, tapi belum pernah sekalipun bertegur sapa.  Intinya Mbak Iva ini minta dibuatkan 30 bento  box untuk acara menu makanan sehat di sekolah anaknya. Tema dan isinya terserah aku…yang penting sesuai dengan budget yang disetujui.

Ahhh…paling suka deh kalau ada yang minta dibuatkan bento box dengan pasrah begini hihihihi.  Soalnya aku bisa dengan bebas menggali ide dan kreasi, mau pake bahan apa aja…mau dibikin jadi apa…dibentuk seperti apa…semaksimal mungkin. Puas rasanya kalau bisa mereka-reka bentuk agar si-bento ini bisa tampil cantik…apalagi kalau ternyata hasilnya lebih dari yang dibayangkan si pemesan (mudah-mudahan yang ini juga begitu aminaminamiiiinn) :).

Awalnya aku ragu bisa kepegang nggak ya…soalnya pesanannya mendadak sekali, untuk hari selasa pagi jam tujuh teng! harus sampai di tujuan…belum lagi  kondisiku saat ini belum sembuh benar dari cedera punggung (Mbak Iva sendiri juga ragu, apa aku mau terima orderan yang mendadak, soalnya di facebook Kiku Bento tertulis bahwa untuk pemesanan, minimal seminggu sebelum hari H).  Sekarang tinggal tersisa dua hari lagi. Waduuhhh…lagi-lagi dilema, akhirnya aku janji ke Mbak Iva akan memberi keputusan nanti malam. Alhamdulillah, setelah dirembukkan dalam rapat keluarga yang digelar dadakan di mobil sepanjang perjalanan (lebaaayyy wkwkwk) nggak pake nunggu hari jadi gelap dulu, aku langsung menghubungi Mbak Iva.

Aku menawarkan  bentuk sepasang kepik berwarna pink dan biru untuk nasinya, dengan chicken nugget dan scrambled egg sebagai lauknya, ditambah sayuran rebus untuk serat, dan buah-buahan pencuci mulut. Untungnya langsung disetujui tanpa banyak catatan…wooow… what a very cooperative customer 🙂 kalau begini aku malah tertantang untuk berusaha membuat bento se’lucu’ mungkin.

Setelah beberapa kali sms-an dan telponan…akhirnya menu fixnya disetujui, dan jam antarnya juga berubah…nggak jam 7 lagi, tapi jam 8 (lumayaaaannn mundur satu jam…wooaahh itu pengaruh banget lho).

Proses pembuatan bento pun dimulai…hyaahhhh…rice cookerku kenapa kamuuuuu?!!!! kok nasinya jadi nggak mateeeng??? huhuhuhuhuuu 😦 kok paaasssss lagi ada pesenaan…paaassss udah nggak ada waktu lagi…paaaasssss…tengah malem beginiii huhuhu 😦 Akhirnya…by the power of dandang!!! majuuu….jalaaan!!! hyaahh dandang lawas keluar lagi dari tempat peristirahatan.

Karena nggak tahan ngantuk, akhirnya jam setengah dua aku sempat tidur sebentar sampai jam 3…kriyep-kriyep sebentar…terus mulai lagi,  ditemani mama yang menata-nata selada, satu persatu kepik pink mulai masuk ke dalam box. Alhamdulillaah lancar jayaaa! 🙂 tapi, uuppsss…jangan seneng duluuu… 😦

Menjelang jam lima aku baru sadar, kalau nggak bakalan keburuuuu bikin sepasang kepik…ooouuuwww otaaakkk berputarlah cepaaattttt…manuver…manuver…aku berpikir keras sambil terus membuat bola-bola biru kecil…akhirnya ketemu juga… itu bola biru, dibikin muka aja…yang penting lucu…toh warnanya udah catchy, ibarat orang cantik…dandan minimalis aja udah ‘jadi’ bangettt hehehhe 🙂

Pekerjaan diteruskan (dengan sedikit kerusuhan karena panik dikejar waktu…) sampai akhirnya semua bahan masuk ke dalam box: selada, nasi, chicken nugget, scrambled egg, sosis, wortel, buncis, kembang kol, jeruk, apel, buah naga, dan strawbery. Cantik (kata yang bikin hihihi). Sementara itu waktu udah menunjukkan pukul enam pagi haduhaduhaduuuhhhh…gimanainigimanaini…si-cikal mesti siap-siap ke sekolah…maaf naaak, mama hari ini nggak bisa nyiapin kamu, sama tante aja yaaaaa (untung sepupuku libur  jadi ada yang bisa meng-handle kerusuhan pagi itu…hehehe)

Tattaaraaaaaaa…selesaai juga…tinggal diantar (fyuuuhhh) selebihnya nggak usahlah ditulis disini, permasalahan klasik jakarta yang muaccettt. Berangkat jam 6.30 sampai di tujuan tepat jam 8! Ouuwwhhh alhamdulillaaah, bersyukuuurrr aku nggak harus terjebak macatnya jalanan lagi setiap hari. Mbak Iva ternyata sudah lebih dulu datang, kami bertemu di parkiran sekolah, proses serah-terima pun berjalan lancarrrrr.

Bento…this is how I met you

Awalnya gara-gara setiap hari harus menyiapkan snack dan bekal makan siang untuk anakku yang duduk di kelas satu SD.  Waktu masih di TK sih nggak jadi masalah, karena anakku jarang, bahkan nggak pernah bawa bekal makanan berat ke sekolah, snackpun terbatas…maunya dibawakan roti  atau cukup susu saja.  Selain itu saat anakku TK aku masih aktif di kantor, jadi makan siangnya aku percayakan kepada mereka yang ada di rumah…baik itu mamaku atau si mbak.

 

Karena kemudian anakku bersekolah di SDIT,  yang jam pulangnya di atas jam makan siang.  Jadilah setiap hari mutlak…nggak bisa nggak…makan siangnya di sekolah. Awalnya aku menyiapkan bekal standar, nasi, dan lauk pauknya masuk ke dalam satu kotak bekal…that’s it..that’s all…nggak diapa-apain lagi. Tapi lama-lama kok bosen ya, nggak nyeni banget 😦

Dari situlah jiwa artistikku berontak…darah seniku bergejolak… segala daya upaya dikerahkan guna mendapatkan penampilan bekal yang menarik…selain tentunya enak dan sehat (wkwkwkwkw hiperbolik abiiiissss) setiap hari yang kepikir cuma kotak bekal…kotak bekal…kotak bekal…hehehehehehe. Satu hari secara nggak sengaja, aku melihat foto yang diposting salah satu teman kuliahku dulu…iihh lucuuu…dia bikin bento! Naahh ini dia yang aku cari…cucok! 🙂

Kemudian aku mulai menjelajahi dunia maya, mencari informasi dan referensi seputar dunia per-bento-an, sambil terus bereksperiman dengan pengetahuan,  skill, dan peralatan yang masih sangat sangat terbatas. Hasilnya..bento-bento generik nan culun yang dimataku  saat itu terlihat sangaaatttt cantik hahahahaha.

 

 

Berkat tekun berlatih dan minum suplemen secara teratur…aku jadi juara kelas (lho?!) wkwkwk. Lama-lama bento-bento buatanku mulai enak dilihat, dan ketika aku berkesempatan  mengikuti 4 jam bento workshop for beginner-nya Mbak Irene Tadius, sejak saat itulah kreasi bekal sekolah anakku menjadi manusiawi, eh…bentowi 🙂

Sekarang…senang sekali bila datang waktu menyiapkan bekal untuk anakku…terlebih ketika aku mendengar dari mulut kecilnya, bahwa setiap menjelang waktu  makan siang,  dia selalu menebak-nebak kejutan apalagi yang ada di dalam kotak bekalnya 🙂 aku jadi termotivasi untuk selalu membuat kreasi-kreasi bento untuknya.

 

And that’s how I met bento, something that really fun to make…fun to eat…health and it bring along my me time within 🙂

“100 bento box” Pesanan bento pertama…dag…dig…dug…

Setelah ngobrol-ngobrol dengan seorang teman yang menurutku punya jiwa entrepreneurship yang tinggi…(bayangin aja dengan posisi dan kepastian pendapatan yang dia peroleh tiap bulannya, kok bisa-bisanyaaa resign demi menjalankan home made bakery yang selama ini dia jalankan paruh waktu. Tapi setelah mendengar alasannya aku setuju seratus persen dengan keputusannya, karena…ouch! enough about her…this is about my bento,  not her life story hahaha).

Aku memutuskan untuk mulai memasarkan bentoku…dimulai dari kalangan terdekat, dengan cara yang paling mudah…upload foto di facebook! Bener ajaaa…belum lagi satu minggu berselang, disuatu sore yang tenang ponselku berdering (kebohongan publik detected! ponsel berdering? come on…wkwkwk). Dari benda kecil yang kugenggam itu kemudian terdengar suara Bu Yenny, mantan kolegaku, saat aku masih aktif bekerja. Setelah sedikit berbasa-basi, Bu Yenny langsung ‘nembak’, “bisa bikinin goodie bags nggak Mbak? tanpa pikir panjang aku jawab “bisa” doong.  Hasil obrolan selanjutnya bikin aku terlongong-longong…berpikir keras…mampu nggak gue ngerjainnya ya? could I handle this? gimana caranya?.

Gimana nggak…? Ibu yang baik itu pesan 100 goodie bags! 😮 yang berarti aku harus membuat 100 bento box…ya 100…Trus apa masalahnya? Begini…begini…aku ini rookie, newbie, anak baru dalam bidang ini, masih belum punya pengalaman dalam hal time management dan banyak hal lainnya. Biasanya paling banyak aku bikin cuma 2 box itu pun untuk anak-anakku.  Samasekali diluar perkiraanku dapat pesanan langsung 100 box pada pukulan pertama.  Terlebih lagi saat ini AKU LAGI NGGAK PUNYA PEMBANTUUUUUU…huaaaaaaa!!!!! Si-mbak baru aja pulang 2 minggu yang lalu karena kangen sama anaknya di kampung. Nasiiiib. 😦

Dilemaaaaa…. 😦 terima apa nggak ya? aku memang minta waktu 2 hari untuk memberi jawaban pasti. Dalam pikiranku, mungkin ini memang jalannya…ini ujianku, aku yang memutuskan untuk terjun, kok malah lari begitu ada kesempatan datang.  Oouuwwhh… aku nggak cukup pede untuk memutuskan. Pikir punya pikir…aku curhat sama temenku si entrepreneur sejati tea…”Nggak lo nggak boleh mundur, harus dihadapi”  katanya, tepat seperti yang kupikir selama ini.

Akhirnya aku terima 100 bento box ini menjadi proyek pertamaku… Bismillahirrahmanirrahim, Insya Allah bisa!

Hasilnya…Alhamdulillah…I did it!!  🙂 100 bento box secara TEKNIS berhasil aku kerjakan sendiri! Apa…SENDIRI?!!! yaaa..nggak sendiri-sendiri amat siihh…ada mama yang ikut bantu ngupasin 200 butir telur puyuh hihihi…Ada adik sepupuku yang stand by di sink, nyuci ini…nyuci itu…hehehehe, lalu ada suamiku yang meluangkan waktunya untuk mengantarkan bento pesanan ini selamat sampai ke tempat tujuan, dan terakhir ada teman SMA ku yang tiba-tiba entah ada angin apa datang menginap (nginep nggak ya?, soalnya yang ada dia nggak tidur, ikut ngebegadangin bento wkwkwk) makanya tadi aku tulis ‘secara teknis’…soalnya diluar itu semua, aku yang mengerjakan…anyway, thanks to you all guys…sooo…sooooo…very much!!!  🙂

Emang apa aja siih yang dikerjain? (What?! Apa aja?!)…fyuuhhh… 😦 merubah wujud 200 butir telur puyuh menjadi sepasang ayam yang unyu-unyu itu bukan pekerjaan mudaaahhh…belum lagi membuat kupu-kupu dari potongan wortel, matahari dari tamagoyaki isi sosis, tanaman perdu 2 warna dari egg sheet, dan lain-lain…dan lain-lain…fyuuuhhh.

Tapi aku puaaasss…cukup puaaas dengan akhir cerita yang boleh kubilang gilang gemilang 🙂 (walaupun cuapekkkknyaaa…ya Allaah) banyak hikmah yang bisa kutarik

dibalik kisah 100 bento box ini…Tentang tekad, keyakinan, ketekunan, keseriusan, pertemanan, dukungan keluarga, kekuatan doa,  passion…huahhh…masih banyaaakkk lagi!! Dan satu hal yang sangat penting buatku…aku sekarang pede biarpun nggak ada pembantu (si-mbak nelepon dan bilang kalo dia nggak akan balik lagi) hahaha…ya sudah tenang-tenanglah di kampung mbak.

*menyeruput tehku sambil meresapi kata-kata Nietzche “Semua yang tidak membuatku mati, membuatku semakin kuat”.

Fyuuhh…Akhirnya!

Tatttaaraaaaaa….!!! 🙂

(Akhirnya jadi juga blog ini)

Hwaduh…nggak tau kenapa kok beraaatttt rasanya untuk bikin blog, apalagi nulisnya, euugghh…males banget, hoream kalau kata orang Sunda mah. Tapi apa boleh buat, saya harus tetap semangat…! Maka dengan semangat ’45 yang diiringi dengan membaca Bismillaahirrahmaanirrahiiim…blog ini saya resmi saya luncurkan (horeeee…keprokkeprokeprok).

Demikianlah saudara sebangsa dan setanah air, dengan begitu ijinkan saya pamit mundur sejenak untuk mengobati ke-hoream-an saya ini, sampai saya siap untuk ngacapruk lebih banyak lagi di dunia maya, melalui blog ini…Sampai jumpaaa…

Merdeka!! 🙂